Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Jumat, 13 April 2012

Interaksi Spesies


BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang

Ketika kita mendengar kata interaksi tentunya hal ini mengacu pada hubungan antar satu sama lain dalam suatu kelompok. Kali ini kami akan membahas mengenai interaksi antar spesies. Seperti kita tahu dalam suatu spesies terdapat beragam individu (populasi) namun pada intinya mereka mempunyai hubungan kekerabatan antar satu sama lain.  Namun hubungan atau interaksi antar satu sama lain, dapat menguntungkan satu pihak, kedua pihak, maupun merugikan salah satu pihak. Maka dari itu kami akan membahas secara runtut dan berurut antara lain : Tipe-tipe Interaksi Antar-spesies dan Persaingan Intra-Interspesifik. Pembahasan pertama yakni tipe - tipe interkasi antar-spesies, dalam interaksi ini secara teori, spesies-spesies dalam suatu populasi saling berinteraksi satu dengan lainnya. Dan membentuk interaksi yang positif, negatif, maupun NOL. Adapun persaingan terjadi ketika organisme baik dari spesies yang sama maupun dari spesies yang berbeda menggunakan sumber daya alam. Di dalam menggunakan sumber daya alam, tiap-tiap organisme yang bersaing akan memperebutkan sesuatu yang diperlukan untuk hidup dan pertumbuhannya.  Menurut Gopal dan Bhardwaj (1979), persaingan yang dilakukan organisme-organisme dapat memperebutkan kebutuhan ruang (tempat), makanan, unsure hara, air, sinar, udara, agen penyerbukan, agen dispersal, atau faktor-faktor ekologi lainnya sebagai sumber daya yang dibutuhkan oleh tiap-tiap organisme untuk hidup dan pertumbuhannya.(Indriyanto,2006) 
2.      Rumusan Masalah
Dari uraian pada latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana interaksi spesies dalam ekologi dan
2.      Sebutkan macam-macam interaksi spesies.
3.      Tujuan
1.      Untuk memahami interaksi spesies dalam ekologi dan
2.      Untuk mengetahui macam-macam interaksi spesies.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Interaksi dalam ekologi
          Interaksi spesies anggota populasi merupakan suatu kejadian yang wajar didalam suatu komunitas, kejadian tersebut mudah dipelajari (Irwan 1992) interaksi yang terjadi antar spesies anggota populasi akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan ataupun kehidupan populasi.
            Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar kita. Organisme-organisme lain tentu ada didalam situasi natural, dan merupakan bagian yang melengkapi lingkungan. Mereka sangat penting karena dapat menyediakan bahan makanan, menjadi tempat berteduh atau berlindung dan melengkapi kebutuhan kebutuhan lain. Sebaliknya diantaranya tentu ada yang merupakan tetangga yang tidak diinginkan. Interaksi yang bermacam-macam dapat dibagi dalam dua golongan utama yaitu simbiosa dan antagonisma. Didalam golongan pertama kedua belah pihak tidak ada yang dirugikan, dan salah satu atau kedua-duanya mendapat keuntungan, sedang dalam golongan yang kedua salah satu pihak dirugikan. Simbiosa berarti hidup berdampingan. Pada simbiosa mutualisme kedua organisme saling diuntungkan. Pertumbuhan dan survivalnya diuntungkan karenanya, dan dalam keadaan wajar organisme tidak dapat lestari apabila terpisah dari partnernya. Plankton-plankton, mahluk tumbuhan atau hewan yang hidup melayang-melayang didalam air banyak yang merupakan mutualisme. Tumbuhan leguminosa, yaitu yang berbuah polongan juga menjalankan simbiosa semacam, dengan bakteria zat lemas yang mengumpul diakar. Bakteria mendapat karbohidrat dan bahan lain, sebaliknya bakteria mengikat gas nitrogen dari udara dan diberikan kepada induk-semangnya. Pada simbiosa komensalisme satu pihak saja yang diuntungkan sedang pihak yang lain tidak mendapat dan tidak menderita apa-apa. Termasuk ini ialah tumbuhan epifit yang hidup pada tumbuhan lain, seperti anggrek, lumut pohon, dan tumbuhan lain yang bergelantungan didahan pohon , dan juga hewan-hewan yang hidup di pepohonan seperti katak pohon dan sebagainya. Tumbuhan atau hewan tersebut tidak menghisap makanan dari partnernya hanya numpang tempat tinggal. Yang termasuk kategori interaksi antagonid ialah antibiosa, eksploitasi dan kompetisi. Organisme mengeluarkan bermacam-macam bahan dari metabolismenya. Karbondioksida atau asam organik hasil metabolisme, yang memenuhi suatu lingkungan, sering menghambat mahluk lain untuk melangsungkan hidup. Ada kalanya ada bahan produksi khusus yang antagonistik terhadap spesies lain. Cendawan sering kali mengeluarkan bahan semacam itu, seperti pinicillin, streptomycin, auromycin, ialah bahan antibiotik yang dapat membunuh bakteria-bakteria tertentu.

B.     JENIS-JENIS INTERAKSI
           Dalam sebuah ekosistem yang terdapat beberapa populasi di dalamnya, maka akan terjadi interaksi antara individu dan populasi tersebut. Hubungan tersebut disebut hukum interaksi. Hukum interaksi tersebut meliputi :

1.      Kompetisi
                        Interaksi kompetisi yaitu hubungan antara komponen ekosistem yang saling bersaing satu sama lain untuk tujuan yang sama. Misalnya kerbau dan kambing yang sama-sama bersaing mengkonsumsi rumput. Atau harimau dan singa yang sama-sama berburu mangsa.
2.      Endimis sirpentin
                        Endemik atau endemis berarti eksklusif asli pada suatu tempat (biota). Di dalam suatu pulau dapat terbentuk wilayah/habitat endemik karena adanya proses pembentukan  batuan kapur, batuan serpentin, batuan vulkanik atau batuan lainnya.
                        Pada konteks endemisitas, terbentuknya habitat dari batuan serpentin menyebabkan terbentuknya jenis tumbuhan endemik serpentin. Komunitas tumbuhan pada area serpentin umumnya kerdil dan umumnya hanya tumbuh pada habitat tersebut. Habitat ini umumnya berupa area terbuka dan berbatu, dengan vegetasi umum berupa tumbuhan semak dan terkadang pohon dengan daun keperakan atau kecoklatan karena struktur bulunya bersifat memantulkan cahaya.
                     
                        Tanah serpentin juga memiliki kandungan logam berat yang tinggi seperti kromium, kobalt, dan nikel. Serpentin juga kaya serat silika yang dikenal dengan nama asbestos. Mineral asbestos ini lebih banyak merugikan manusia daripada tumbuhan karena dapat menyebabkan kanker. Tantangan lain pada tanah serpentin adalah   ketiadaan zat hara (nutrisi). Kandungan kalsium (Ca) pada tanah ini biasanya rendah, sebaliknya kandungan Mg tinggi. Contoh tumbuhan yang hidup ditanah serpentin adalah sebagai berikut :
                        
3.      Halofit
                        Tumbuhan Halofit yaitu tumbuhan yang mampu pada kondisi kadar garam yang tinggi (salinitas) beradaptasi dengan cara membentuk kelenjar garam yang terdapat pada daun, memiliki jaringan aerenkim dengan ruang antar sel yang besar dan jaringan pembuluh tersebar.
            Tumbuhan halofit merupakan tumbuhan pantai yang hidup pada kondisi selalu tergenang ataupun terkadang tergenang air laut. Tumbuhan ini hidup pada kondisi kadar salinitas air laut yang tinggi. Oleh karena itu, tumbuhan pantai umumnya memiliki adaptasi yang unik terhadap kondisi lingkungan tersebut.
Adapun bentuk adaptasinya adalah memiliki jaringan a
erenkim dengan ruang antar sel yang besar dan jaringan pembuluh tersebar. Contoh tumbuhan mangrove menyerap air tetapi mencegah masuknya garam, melalui saringan (ultra filter) yang terdapat pada akar . Flora mangrove menyerap air dengan salinitas tinggi kemudian mengekskresikan garam dengan kelenjar garam yang terdapat pada daun. Berikut contoh gambar tumbuhan mangrove.
                       
            Tidak semua halofit setara dalam toleransi garam, dibedakan intoleran, fakultatis, dan obligat.Tetapi kebanyakan halofit adalah  intoleran, yaitu tumbuh maksimum pada salinitas rendah dan menurun pada salinitas naik.
Tumbuhan yg hidup subur di daerah atau lingkungan (tanah) yg berkadar garam tinggi, msl rumput inggris; Armeria maritina
4.      Kompetisi dan Niche
            Niche menurut Grinnel (1917, 1924, 1928) merupakan peran fungsional dan kedudukan organisme dalam komunitas. Menurut Elton (1972) niche didefinisikan sebagai suatu tempat yang berhubungan dengan makanan dan kompetisi dan juga status organisme dalam komunitas. Menurutnya niche dari hewan dapat didefinisikan dalam range yang lebih luas lagi menurut ukuran dan makanannya. Menurut Odum (1959), definisi niche ekologi adalah posisi atau status dari struktur adaptasi organisme, respon psikologi, dan tingkah laku spesifik. Adapun niche menurut Keindegh (1980), yaitu kedudukan khusus dalam suatu komunitas suatu populasi spesies. Jadi niche (relung) dapat diartikan sebagai suatu kedudukan dari organisme tetentu dalam ekosistem terikat dengan adaptasi morfologi, struktur, dan fungsional. Dengan demikian niche overlap dapat diartikan sebagai suatu kedudukan atau posisi organisme yang tumpang tindih dengan organisme yang lain di dalam ekosistem dalam hal ukuran habitat dan makanannya.
Kompetisi adalah salah satu bentuk interaksi antar dua atau banyak individu apabila suplai sumber yang diperlukan bersifat terbatas. Peran suatu spesies di dalam komunitasnya disebut peran ekologi (niche). Sebuah peran ekologi terdiri dari cara-cara sebuah spesies berinteraksi di dalam lingkungannya, termasuk diantaranya faktor-faktor tertentu seperti apa yang dimakan atau apa yang digunakan untuk energi, predator yang memangsa, jumlah panas, cahaya atau kelembaban udara yang dibutuhkan, dan kondisi dimana dapat direproduksi. Kompetisi dibedakan menjadi dua, yaitu kompetisi intraspesifik dan interspesifik. Intraspesifik adalah persaingan antara organisme yang sama dalam lahan yang sama sedangkan kompetisi interspesifik adalah persaingan atara organisme yang beda spesies dalam lahan yang sama.
5.      Amensalisme
                        Amensalisme adalah interaksi yang menekan satu organisme, sedangkan yang lain tetap stabil atau salah satu organisme dirugikan tapi organisme lainnya tidak diuntungkan maupun dirugikan.. Amensalisme juga disebut sebagai suatu interaksi bersifat negatif, dimana salah satu anggotanya terhambat dan yang lain tidak terpengaruh. Contohnya adalah jamur Penicilium yang mensekresikan penisilin dengan bakteri. Penisilin mampu membunuh bakteri. Sehingga bakteri dirugikan, tetapi jamur Penicillium tidak mendapatkan keuntungan maupun kerugian. Salah satu contoh amensalisme adalah interaksi alelokemis, yaitu penghambatan satu organisme oleh organisme lain melalui pelepasan produk metabolit ke lingkungan. Bagian interaksi alelokemis yang melibatkan hanya tumbuhan saja disebut alelopati.
Gambar jamur Penicilium
6.      Interaksi Alelokemis pada  Level Produser – Dekomposer
                        Kebanyakan dekomposer dalam tanah yang serasah dibawah suatu komunitas dipengaruhi spesies tumbuhan yang menggugurkan serasah penitrasi akar dalam tanah.
Tanah dibawah hutan conifer umumnya asam karena serasah conifer bersifat asam dan dekomposisinya mempengaruhi PH tanah. Sebagai hasil, fungi medominer mikroflora tanah, sedangkan bakteria mendominer tanah netral.
Gambar : hutan conifer
7.      Alelopati
                        Alelopati merupakan interaksi antar populasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa atau antibiotisme. Contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu.
Gambar : pohon walnut
                        Fenomena alelopati mencakup semua tipe interaksi kimia antar tumbuhan, antar mikroorganisme, atau antara tumbuhan dan mikroorganisme (Einhellig, 1995a). Menurut Rice (1984) interaksi tersebut meliputi penghambatan dan pemacuan secara langsung atau tidak langsung suatu senyawa kimia yang dibentuk oleh suatu organisme (tumbuhan, hewan atau mikrobia) terhadap pertumbuhan dan perkembangan organisme lain. Senyawa kimia yang berperan dalam mekanisme itu disebut alelokimia. Pengaruh alelokimia bersifat selektif, yaitu berpengaruh terhadap jenis organisme tertentu namun tidak terhadap organisme lain (Weston, 1996).
            Alelokimia pada tumbuhan dilepas ke lingkungan dan mencapai organisme sasaran melalui berbagai cara yaitu melalui penguapan, eksudat akar, pencucian, dan pembusukan bagian-bagian organ yang mati. Dan menjelaskan lebih lanjut proses-proses tersebut melalui penjelasan berikut ini.
a. Penguapan
              Senyawa alelopati ada yang dilepaskan melalui penguapan. Beberapa genus tumbuhan yang melepaskan senyawa alelopati melalui penguapan adalah Artemisia, Eucalyptus, dan Salvia. Senyawa kimianya termasuk ke dalam golongan terpenoid. Senyawa ini dapat diserap oleh tumbuhan di sekitarnya dalam bentuk uap, bentuk embun, dan dapat pula masuk ke dalam tanah yang akan diserap akar.
b. Eksudat akar
              Banyak terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan oleh akar tumbuhan (eksudat akar), yang kebanyakan berasal dari asam-asam benzoat, sinamat, dan fenolat.
Lantana atau Saliara Akar dan tunas tanaman ini dapat mengurangi perkecambahan gulma anggur dan gulma lainnya.
c. Pencucian
              Sejumlah senyawa kimia dapat tercuci dari bagian-bagian tumbuhan yang berada di atas permukaan tanah oleh air hujan atau tetesan embun. Hasil cucian daun tumbuhan Crysanthemum sangat beracun, sehingga tidak ada jenis tumbuhan lain yang dapat hidup di bawah naungan tumbuhan ini.
d. Pembusukan organ tumbuhan
              Setelah tumbuhan atau bagian-bagian organnya mati, senyawa-senyawa kimia yang mudah larut dapat tercuci dengan cepat. Sel-sel pada bagian-bagian organ yang mati akan kehilangan permeabilitas membrannya  dan dengan mudah senyawa-senyawa kimia yang ada didalamnya dilepaskan. Beberapa jenis mulsa dapat meracuni tanaman budidaya atau jenis-jenis tanaman yang ditanam pada musim berikutnya.
8.      Alelokemis pada level Produser-Herbivora
                        Interaksi alelokemis, yaitu penghambatan satu organisme oleh organisme lain melalui pelepasan produk metabolit ke lingkungan. Untuk hebivora tertentu, semua spesies tumbuhan rasanya tidak harus sama. Banyak spesies ditolak total, beberapa dimakan dan sangat disenangi dan yang lainnya dimakan kalau yang disenangi tidak ada.
9.      Interaksi antara Tumbuhan Epifit dengan Inangnya
                        Tumbuhan epifit artinya tumbuhan yang menempel pada bagian luar tumbuhan lain. Tumbuhan yang menempel itu tidak merugikan tumbuhan yang ditumpangi (komensalisme).
Contohnya : tumbuhan paku-pakuan dan anggrek yang tumbuh pada ranting atau batang pohon tumbuhan berkayu.
10.  Interaksi antara Tali Putri dengan Inangnya
                        Tali putri yang berwarna ilmiah Cuscuta sp, warnanya yang kuning keemasan akan tampak cemerlang jika mendapat sinar matahari. Tali putri punya sifat merugikan. Kehadirannya pada tumbuhan melalui pola hubungan simbiosis paratisme. Tali putri memang tumbuhan parasit yang bisa membunuh inangnya.
BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Bedasarkan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.      Interaksi spesies merupakan suatu kejadian yang wajar didalam suatu komunitas, Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi lain.
2.      Macam-macam interaksi spesies adalah sebagai berikut :
a.         Kompetisi
b.        Endimis serpentin
c.         Halofit
d.        Kompetisi dan Niche
e.         Amensalisme
f.         Interaksi Alelokemis pada Level Produser-Dekomposer
g.        Alalopati
h.        Alelokemis pada Level Produser –Herbivora
i.          Interaksi antara Tumbuhan Epifit dengan Inangnya
j.          Interaksi antar Tali Putri dengan Inangnya

B. SARAN
Bagi para pembaca yang ingin mengetahui lebih jelasnnya mengenai interaksi spesies, agar mencari lagi referensi yang lain karena tidak dapat kami pungkiri bahwa dalam pembuatan makalah ini, masih banyak kekurangan yang perlu disempurnakan.

DAFTAR PUSTAKA
Irwan Zoer’aini, Dzamal.2007. Prinsip-Prinsip Ekologi. Jakarta : Bumi Aksara
            Anonym.2011. interaksi antar spesies. Diakses dari 01-04-2012
            Anonim.2009.alelopati interaksi antarpopulasi. Diakses dari 01-14-2012
            Anonim.2009. ada apa dengan alelopati. Diakses dari 01-14-2012
            Anonim.alelopati. Diakses dari 03-04-2012
Anonim.2011.amensalisme. diakses dari 04-04-2012
Anonim.2010.parasitisme simbiosis dan multiple. Di akses dari 07-04-2012



Kamis, 12 April 2012

Chrysophyta


BAB I
PENDAHULUAN
A.  LATAR BELAKANG
Negara Indonesia adalah negara yang subur dan kaya akan sumber daya alam. Dengan banyaknya sumber daya alam, maka salah satu kekayaan alam yang bisa kita manfaatkan adalah sumber daya alam hayati. Alga adalah salah satunya, selain dapat di manfaatkan, alga juga memiliki banyak peranan yang sangat penting khususnya bagi kaum ilmuan atau peneliti yaitu dapat dijadikan objek penelitian dalam bidang-bidang tertentu.
Alga dalam istilah Indonesia sering disebut sebagai ganggang merupakan tumbuhan talus karena belum memiliki akar, batang dan daun sejati. Alga dikelompokkan dalam beberapa klasifikasi menurut Harol Blood yaitu Cholorophyta (Green Algae), Phaeophyta (Brown algae),Rhodopyta (Red algae), Chrysophyta (Gold algae) Bacillariophyta (Diatom),dan Pyrrophyta yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu alga Uniselluler. Berikut adalah penjelasan mengenai salah satu jenis alga yaitu Divisi Phaeophyta (Brown Algae) menyangkut ciri-ciri umum, habitat, struktur tubuh, reproduksi, klasifikasi serta peranannya dalam kehidupan manusia.
Ganggang dapat hidup di air tawar dan di air laut, tetapi ada pula yang hidup di tempat-tempat yang lembap, seperti dinding tembok kamar mandi, batu-batuan, atap rumah, atau kulit-kulit pohon.  Ganggang juga memiliki ciri lain yang sama dengan Protista, yaitu memiliki membran inti, ada yang bersifat uniseluler dan ada yang multiseluler. 
Ganggang dapat berbentuk benang, lembaran, atau koloni sel. Reproduksi ganggang dapat dilakukan secara seksual dan aseksual.  Secara seksual dilakukan dengan cara isogami dan oogami. Isogami terjadi jika antara sel betina dan sel kelamin jantan mempunyai ukuran yang sama dan sulit dibedakan. Oogami terjadi jika antara sel kelamin jantan dan sel kelamin betina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda dan mudah dibedakan. 
Dari peleburan dua sel kelamin tersebut, akan terjadi pembuahan yang menghasilkan zigot. Zigot akan terus berkembang menjadi individu baru.  Ganggang dapat dikelompokkan menurut pigmen yang dimilikinya menjadi beberapa golongan, yaitu ganggang cokelat (Phaeophyta), ganggang pirang (Chrysophyta), ganggang merah (Rhodophyta), ganggang hijau (Chlorophyta), dan ganggang Euglenophyta.  

B.  RUMUSAN MASALAH
1.    Bagaimanakah ciri-ciri umum dari Chrysophyta ?
2.    Bagaimanakah struktur sel dari Chrysophyta ?
3.    Dimanakah habitat dari Chrysophyta ?
4.    Bagaimana cara reproduksi dari Chrysophyta ?
5.    Kelas-kelas apa saja yang termasuk dalam Chrysophyta ?
6.    Apakah manfaat dari Chrysophyta bagi kehidupan manusia ?

C.  TUJUAN PENULISAN
1.    Agar mahasiswa mengetahui ciri-ciri umum dari Chrysophyta
2.    Agar mahasiswa memahami struktur sel dari Chrysophyta
3.    Agar mahasiswa mengetahui habitat dari Chrysophyta
4.    Agar mahasiswa mengetahui cara reproduksi dari Chrysophyta
5.    Agar mahasiswa memahami kelas-kelas apa saja yang termasuk dalam Chrysophyta
6.    Agar mahasiswa mengetahui manfaat dari Chrysophyta bagi kehidupan manusia
D.  MANFAAT PENULISAN
Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa Pendidikan Biologi dan untuk menambah referensi mata kuliah Protista
BAB II
PEMBAHASAN
A.  CIRI-CIRI UMUM CHRYSOPHYTA
Nama Chrysophyta diambil dari bahasa Yunani, yaitu Chrysos yang berarti emas. Ganggang keemasan atau Chrysophyta adalah salah satu kelas dari ganggang berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Ganggang ini berwarna keemasan karena kloroplasnya mengandung pigmen karoten dan xantofil dalam jumlah banyak dibandingkan dengan klorofil. Pigmen lainnya adalah fukoxantin, klorofil a dan klorofil c. Pada umumnya berflagel yang tidak sama panjang dan bentuk sehingga kadang-kadang disebut Heterokontae (alga yang flagelnya tidak sama panjang) dan tubuhnya biasanya berbentuk seperti benang
Sel-sel ganggang keemasan memiliki inti sejati (eukarion), dinding sel umumnya mengandung silika (SiO2) atau kersik. Tubuh ganggang ini ada yang terdiri atas satu sel(uniseluler) dan ada yang terdiri atas banyak sel (multiseluler). Ganggang yang bersel satu bisa hidup sebagai komponen fitoplankton yang dominan. Ganggang yang multiseluler berupa koloni atau berbentuk filamen. Ganggang keemasan hidup secara fotoautotrof, artinya dapat mensintesis makanan sendiri dengan memiliki klorofil untuk berfotosintesis.
Ganggang keemasan sebagian besar hidup di air tawar tetapi ada juga yang hidup di air laut dan ada yang hidup di tanah. Meskipun ada anggota chrysophyta yang hidup di laut, reproduksinya dilakukan secara aseksual dengan pembelahan biner. Pada ganggang uniseluler reproduksi atau perkembangbiakan dilakukan dengan pembentukan spora. Sedangkan pada ganggang yang multiseluler reproduksi seksualnya dilakukan melalui penyatuan dari jenis gamet. Ontoh dari ganggang keemasan atau ganggang pirang adalah navicula, synura, dan nishoous.
B.  STRUKTUR SEL CHRYSOPHYTA
1.    Dinding Sel
Chrysophyta umumnya tidak berdinding sel. Bila ada dinding selnya maka terdiri dari lorika (ex.Dinobryon dan kephryon). Atau tersusun dari lempengan silicon (ex. Sinura dan mallomonas) atau tersusun dari cakram kalsium karbonat (ex. Syracospoera). Struktur selnya tidak mempunyai dinding selulosa dan membrannya menunjukkan kewujudan silica.
2.    Isi Sel
a.    Xantophyceae
Terdapat inti sel: berentuk tunggal dan berbentuk banyak inti. Terdapat plastid berbentuk cakram tanpa pienoid. Pigmen : klorofil a dan b, β karoten, xantofil.
b.    Chrysophyceae
Berinti tunggal, plastida terdiri dari 1 atau 2, pigmen berupa klorofil a, b, c, β karotin, xantofil, berupa lutein, diadinoxantin, fukoxantin dan dinoxantin.
c.    Bacillariophyceae
Berinti tunggal dan berinti diploid, pigmen berupa klorofil a dan c, β karotin, xantofil.
3.    Kloroplas
Kloroplas pada Chrysophyta berwarna coklat keemasan. Chrysophyta menunjukkan perbedaan struktur kloroplas dan sering kali terdapat tiga thylakoids disekitar periphery kloroplas (girdle lamina). Kloroplas terdiri dari dua membrane (CER), jarak periplastida antara dua kloroplas dan retikulumendoplasma sempit dan kurang adanya perbedaan struktur.
4.    Ribosom
Ribosom pada Chrysophyta terdapat pada permukaan luar CER.
5.    Alat Gerak
Chrysophyta memiliki alat gerak yang terdiri dari flagel dan jumlahnya tidak sama tiap marga (struktur dasar flagel pada alga mirip dengan flagel pada mahluk hidup lain. Susunan benang flagel menunjukkan pola 9+2 dengan tipe akronematik (whiplash) dan pantonematik (tinsei). Contoh: synura dan syracospaera mempunyai 2 flagel yang sama panjangnya, dinobryon dan ocromonas, mempunyai 2 flagel yang tidak sama panjangnya, chrysamoeba, memiliki 1 flagel. Kedudukan dan keadaan flagelumnya berbeda, selnya boleh menjadi uniflagerum atau biflagerum. Jika biflagelat, flagelumnya mungkin sama panjang atau tidak. Tingkat flagenta yang paling tinggi yaitu heterokontois. Susunan tubuhnya ada yang berbentuk sel tunggal dan berbentuk koloni. Sel heterokontous mempunyai 2 flagel yaitu flagel licin dengan bulu kaku seperti pipa atau mastigonema dalam dua baris.
6.    Vakuola Kontraktil
Terdapat satu atau dua fakuola kontraktil dalam sel (tergantung pada spesies) yang terletak dekat dasar dari flagel. Masing-masing fakuola kontrakil terdiri atas vesikel kecil yang berdenyut dengan interfal yang teratur, mengeluarkan isinya dari sel. Fakuola kontraktil yang terdapat pada alga yang berflagel fungsi utamanya adalah osmoregulator.
7.    Badan Golgi
Badan golgi terletak di antara inti dan kontraltil fakuola. Badan golgi adalah organela yang terdapat pada sel eukariotik, baik hewan maupun tumbuhan yang strukturnya terdiri dari tumpukan fesikel bentuk cakram atau kantung.
8.    Nukleus
Nukleus dan kloroplas dihubungkan oleh membran kloroplas ER yang mana berhubungan dengan pembungkus inti.
C.  HABITAT CHRYSOPHYTA
Habitat Chrysophyta biasanya terdapat ditempat-tempat yang basah, air laut, air tawar dan di tanah yang lembab. Untuk xantophyceae hidup di air tawar, air laut dan tanah dan chrysophyceae hidupnya di air laut dan air tawar sedangkan bacillariopphyceae di air laut, di air tawar ataupun pada tanah- tanah yang lembab.

D.  REPRODUKSI CHRYSOPHYTA
Secara umum perkembangbiakan pada Chrysophyta terjadi secara generatif dan vegetatif. Perkembangbiakan vegetatif (aseksual) dengan pembelahan sel, fragmentasi, pemisahan koloni, dan pembentukan spora (aplanospora atau zoospora). Perkembangbiakan generatif (seksual) dengan konjugasi, isogami, anisogami, dan oogami.
E.   KELAS-KELAS CHRYSOPHYTA
Chrysophyta digolongkan ke dalam 3 kelas, yaitu:
1.    Kelas alga Hijau-Kuning (Xanthophyceae)
Alga ini memiliki klorofil (pigmen hijau) dan xantofil (pigmen kuning) karena itu warnanya hijau kekuning-kuningan. Contoh: Vaucheria. Vaucheria tersusun atas banyak sel yang berbentuk benang, bercabang tapi tidak bersekat. Filamen mempunyai banyak inti dan disebut Coenocytic.
Berkembangbiak secara seksual yaitu dengan oogami artinya terjadi peleburan spermatozoid yang dihasilkan anteridium dengan ovum yang dihasilkan oogonium membentuk zigot. Zigot tumbuh menjadi filamen baru.
Reproduksi secara vegetatif dengan membentuk zoospora. Zoospora terlepas dari induknya mengembara dan jatuh di tempat yang cocok menjadi filamen baru.
Ciri-ciri kelas xantophyceae, yaitu:
a.    Susunan Tubuh
Berbentuk sel tunggal, contoh: botrydiopsis
Berbentuk filament, contoh: tribonema
Berbentuk tubular, contoh: vaucheria
b.    Susunan Sel
umumnya tidak memiliki dinding sel, bila mempunyai dinding sel, terdiri dari pectin dan silikon (SiO3). Terdiri dari dua bagian yang saling menutupi, seperti pada tribonema sp.
c.    Alat Gerak
berupa dua buah flagel.
d.   Isi Sel
terdapat inti sel berbentuk tunggal dan banyak inti, terdapat plastid berbentuk cakram tanpa pirenoi.
e.    Habitat
umumnya dalam semua situasi air, tetapi terutama dalam air dingin. Mereka membuat atas sebagian besar plankton, tetapi ada beberapa bentuk terlampir.
2.    Kelas Alga Coklat-Keemasan (Chrysophyceae)
Alga ini memiliki pigmen keemasan (karoten) dan klorofil. Tubuh ada yang bersel satu, contohnya Ochromonas dan bentuk koloni, contohnya Synura. Tubuh ada yang bersel satu, contohnya Ochromonas dan bentuk koloni, contohnya Synura. Genus-genus yang mempunyai peranan penting ialah Coccolith spp., Synura spp., Chrysamoeba. Genus Coccolith berukuran sangat kecil (0,5 mm), berdinding kapur, dan dapat ditemukan sebagai tanah kokolit yang tebal pada dasar laut yang tidak begitu dalam, sebagai makanan ikan tidak begitu penting. Genus Synura merupakan koloni kecil yang terdiri dari sel-sel yang berflagel. Genus Chrysamoeba, bentuknya seperti Amoeba yang mempunyai sedikit klorofil dan hidup seperti Amoeba biasa, dapat mengambil makanan seperti Rhizopoda, tetapi cara hidupnya seperti spesies-spesies yang holofitik, jadi menurut sistematika tetap suatu saprofitik tipe dari Chrysophyceae.
Perkembangbiakan dilakukan secara:
Vegetatif dengan membelah secara longitudinal dan fragmentasi. Fragmentasi ada 2 macam, yaitu:
Koloni memisah menjadi dua bagian atau lebih.Sel tunggal melepaskan diri dari koloni kemudian membentuk koloni yang baru.
Sporik, dengan membentuk zoospore (untuk sel-sel yang tidak memiliki flagel) dan statospora. Statospora yaitu tipe spora paling unik yang diketemukan pada chrysophyta, khususnya pada kelas-kelas chrysophyceae dengan bentuk sporis dan bulat. Dinding spora bersilia, tersusun oleh dua bagian yang saling tumpang tindih, mempunyai lubang atau pora yang ditutupi oleh sumbat yang mengandung gelatin.
Beberapa spesies bentuk statosporanya bermacam-macam, yaitu: Ada yang berdinding halus, Berornamen dan Berdiri, ketiga bentuk tersebut dapat diketemukan pada genus yang nonmotil, contoh: chysomonadales.
Pada genus yang motil statospora yang diketemukan berada pada fase istirahat, yaitu flagel tertarik kedalam dan membentuk bagian yang sporik atau bulat, selanjutnya flagel mengalami deferensiasi internal dari protoplasma yang sporik. Yang terpisah hanya bagian membrane plasma dari bagian poroferi protoplasma asli. Kemudian sekresi dari dinding antara dua membrane plasma yang baru terbentuk, kecuali daerah sirkuler, nantinya akan membentuk lubang atau pori.
3.    Kelas Diatom (Bacillariophyceae)
Diatom banyak ditemukan dipermukaan tanah basah misal, sawah. Tanah yang mengandung diatom berwarna kuning keemasan. Tubuh ada yang uniseluler dan koloni. Dinding sel tersusun atas dua belahan yaitu kotak (hipoteca) dan tutup (epiteca).Contohnya: Navicula, Pannularia dan Cyclotella.
Ciri-ciri kelas bacillariophyceae yaitu unicellular atau kolonial dengan bentuk silicified dinding sel. Susunan tubuhnya berbentuk sel tunggal, berbentuk koloni dengan membentuk tubuh simetri bilateral (pennales) dan simetri radial (centrales).Susunan selnya terdapat dinding sel yang disebut frustula tersusun dari bagian dasar yang dinamakan hipoteka dan bagian tutup (epiteka) dan sabuk (singulum). Frustula ini tersusun oleh zat pectin yang dilapisi silicon. Epiteka dan hipoteka tersusun oleh valve atas dan valve bawah. Valve tersusun dari: rafe, stria, nodulus pusat dan nodulus kutub. Pennales, pina berarti sirip, strianya tersusun menyirip, banyak ditemukan diair tawar. Centrales, strianya tersusun memusat, banyak ditemukan di air laut. Alat geraknya berupa flagel yang terdapat pada sperma. Berinti tunggal dan berinti diploid, pigmen klorofil a dan c, beta karotin serta xantofil (fukosantin) Habitatnya umumnya dalam semua situasi air, tetapi terutama dalam air dingin. Sebagian besar sebagai plankton.
Diatom berkembang biak melalui pembelahan diri dan konjugasi. Pada proses pembelahan diri, sesudah intinya menjadi dua tutup dan wadahnya mulai berpisah masing-masing membawa spora dari protoplasma. Sesudah itu masing-masing belahan membuat dinding baru begitu rupa sehingga dinding yang baru dibuat menjadi wadah-wadahnya. Dengan cara membelah diri ini, maka ada spesimen-spesimen baru yang besarnya selalu sama dengan induknya, akan tetapi ada spesimen-spesimen yang menjadi lebih kecil sampai ukuran terbatas. Spesimen-spesimen yang mencapai ukuran terkecil ini harus mengadakan konjugasi. Gumpalan protoplasma dari hasil bercampurnya 2 protoplasma ini membesar sampai ukuran protoplasma dari induknya semula dan sesudah itu protoplasma ini membuat hipoteka dan epiteka dengan ukuran-ukuran yang sama dengan induknya tadi.
F.   MANFAAT CHRYSOPHYTA
Berguna sebagai bahan penggosok, bahan pembuat isolasi, penyekat dinamit, membuat saringan, bahan alat penyadap suara, bahan pembuat cat, pernis, dan piringan hitam. Chrysophyta merupakan bagian yang terdiri dari fitoplankton. Navicula merupakan fitoplankton dilaut sehingga dikenal sebagai grass of the sea. Beberapa hewan laut kecil seperti udang-udangan dan larva ikan memperoleh karbohidrat, lemak, dan protein dari diatomae. Sisa diaromae yang telah mati berbentuk deposit yang disebut tanah diatomi. Tanah diatomae sering dimanfaatkan sebagai penyerap trinitrogliserin (TNT) pada bahan peledak, campuran semen, sebagai bahan penggosok, bahan penyaring, solasi penyuling gasoline dan glukosa serta digunakan sebagai bahan untuk pembuat jalan.

PENUTUP


A.  KESIMPULAN
1.      Ciri umum dari Chrysophyta adalah berwarna keemasan karena kloroplasnya mengandung pigmen karoten dan xantofil dalam jumlah banyak dibandingkan dengan klorofil.
2.      Struktur sel dari Chrysophyta umumnya tidak berdinding sel, isi selnya terdiri dari Xantophyceae, Chrysophyceae, Bacillariophyceae. Kloroplas pada Chrysophyta berwarna coklat keemasan, Ribosom, alat gerak berupa flagel, vakuola kontraktil, badan golgi, dan nukleus.
3.      Habitat dari Chrysophyta adalah ditempat-tempat yang basah, air laut, air tawar dan di tanah yang lembab.
4.      Reproduksi dari Chrysophyta terjadi secara generatif (seksual) dengan konjugasi, isogami, anisogami, dan oogami. Dan vegetatif (aseksual) dengan pembelahan sel, fragmentasi, pemisahan koloni, dan pembentukan spora.
5.      Kelas-kelas yang termasuk dalam Chrysophyta, kelas alga hijau-kuning (Xanthophyceae), kelas alga coklat-keemasan (Chrysophyceae), kelas diatom (Bacillariophyceae).
6.      Manfaat dari Chrysophyta sebagai bahan penggosok, bahan pembuat isolasi, penyekat dinamit, membuat saringan, bahan alat penyadap suara, bahan pembuat cat, pernis, dan piringan hitam.

DAFTAR PUSTAKA