BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Di musim panas tahun 1980, John Hanks, seorang ahli
ilmu tanah dari Utah State University, membuat catatan yang teliti tentang
jumlah air yang dibutuhkan untuk menumbuhkan sebatang tanaman bit-gula di kebun
Greenville milik unversitas. Sampai tanaman tersebut dewasa, air setara 620 mm
hujan perlu ditambahkan ke kebun itu. Kira-kira seperempat bagiannya diuapkan
langsung dari tanah, tetapi 465 mm sisanya, sebagian besar lebih dahulu
melewati tanaman, baru kemudian ke atmosfer. Penguapan air dari tumbuhan disebut
transpirasi. Pada tumbuhan, peristiwa itu biasanya berhubungan dengan
kehilangan air-dalam melalui stomata, kutikula, atau lentisel. Kemudian,
perhitungan dilanjutkan; Hanks memperlihatkan bahwa 465 kg air ditranspirasikan
oleh tanaman bit-gula untuk setiap kg sukrosa yang dihasilkan; sedangkan untuk
menghasilkan 1 kg biomassa kering, termasuk daun, batang, dan akar, sebanyak
230 kg air ditranspirasikan.
Dalam
penelitian tahun 1974, Hanks mendapati bahwa air sebanyak 600 kg ditranspirasikan untuk menghasilkan 1 kg
jagung kering, dan untuk 1 kg biomassa kering ditranspirasikan 225 kg air.
Jadi, dari air yang melewati tumbuhan dari tanah menuju atmosfer, dalam contoh
ini, hanya kira-kira 1% yang menjadi bagian dari biomassa. Nilai ini khas, dan
sangat berbeda-beda pada berbagai spesies tumbuhan.
Mengapa
harus begitu banyak air yang hilang melalui transpirasi untuk membesarkan
tanaman? Karena rangka molekul semua bahan organik pada tumbuhan terdiri dari
atom karbon yang harus diperoleh dari atmosfer. Karbon masuk ke dalam tumbuhan
sebagai karbondioksida (CO2) melalui pori stomata yang paling banyak
terdapat di permukaan daun, dan air keluar secara difusi melalui pori yang sama
ini saat stomata terbuka. Dilema yang dihadapi tumbuhan adalah bagaimana
memperoleh CO2 sebanyak mungkin dari atmosfer yang sebenarnya sangat
sedikit mengandung gas tersebut (kira-kira 0,035% dari volume), dan pada sama
mempertahankan air sebanyak mungkin pula. Para petani menghadapi tantangan yang
serupa juga, yaitu bagaimana mencapai hasil maksimum tanaman dengan menggunakan
sedikit mungkin air irigasi atau curah hujan yang merupakan sumber daya alam
yamg terbatas.
Memahami
berbagai faktor lingkungan dan cara faktor tersebut mempengaruhi transpirasi
melalui daun serta penyerapan CO2 ke dalam daun pada saat-saat yang
berlainan sangatlah sulit, karena berbagai faktor tersebut berinteraksi dengan
begitu banyak cara. Factor lingkungan mempengaruhi tidak hanya proses fisika
penguapan dan difusi, tetapi juga mempengaruhi membuka-tutupnya stomata pada
permukaan daun yang dilalui lebih dari 90% air yang ditranspirasikan dan CO2.
Naiknya suhu daun misalnya, sangat banyak menaikkan penguapan dan sedikit
difusi, namun mungkin menyebabkan stomata menutup atau membuka lebih lebar,
bergantung pada spesies dan faktor lain. Waktu matahari terbit, stomata membuka
karena meningkatnya pencahayaan, dan cahaya menaikkan suhu daun sehingga air
menguap lebih cepat. Naiknya suhu membuat udara mampu membawa lebih banyak
kelembapan, maka transpirasi meningkat dan barangkali bukaan stomata pun
terpengaruh. Angin membawa lebih bayak CO2 dan mengusir uap air. Hal
ini menyebabkan penguapan dan penyerapan CO2 meningkat, tapi agak
kurang dari yang diduga, karena meningkatnya CO2 menyebabkan stomata
menutup sebagian. Bila daun dipanaskan oleh sinar matahari dengan panas yang
melebihi suhu udar, angin akan menurunkan suhunya. Akibatnya transpirasi
menurun. Bila kandungan air tanah terbatas, transpirasi dan penyerapan CO2
terhambat karena stomata tertutup.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Apa yang dimaksud transpirasi?
2. Bagaimana mekanisme transpirasi?
3. Bagaimana cara pengukuran transpirasi?
4. Apa saja keuntungan dan kerugian transpirasi?
C.
TUJUAN
1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian transpirasi.
2. Agar mahasiswa mengetahui mekanisme transpirasi.
3. Agar mahasiswa mengetahui cara pengukuran transpirasi.
4. Agar mahasiswa mengetahui keuntungan dan kerugian
transpirasi.
D.
MANFAAT
Manfaat
dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi tentang proses
transpirasi yang berlangsung dalam tumbuhan selain dari itu dapat dimanfaatkan
sebagai sumber belajar mata kuliah Fisiologi tumbuhan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Transpirasi
Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air
dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Kemungkinan kehilangan
air dari jaringan tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi,
tetapi porsi kehilangna tersebut sangat kecil dibanding dengan yang hilang
melalui stomata. Oleh sebab itu, dalam perhitungan besarnya jumlah air yang
hilang dari jaringan tanaman umumnya difokuskan pada air yang hilang melalui
stomata. Transpirasi merupakan bagian dari siklus air, dan itu adalah hilangnya
uap air dari bagian tanaman (mirip dengan berkeringat), terutama pada daun
tetapi juga di batang, bunga dan akar. Permukaan daun yang dihiasi dengan
bukaan yang secara kolektif disebut stomata, dan dalam kebanyakan tanaman
mereka lebih banyak pada sisi bawah dedaunan. Transpirasi juga dapat
mendinginkan tanaman dan memungkinkan aliran massa nutrisi mineral dan air dari
akar ke tunas. Aliran massa air dari akar ke daun disebabkan oleh penurunan
hidrostatik (air) tekanan di bagian atas dari tumbuhan karena difusi air dari
stomata ke atmosfer. Air diserap pada akar dengan osmosis, dan semua nutrisi
mineral dilarutkan perjalanan dengan melalui xilem.
Tingkat transpirasi secara langsung berkaitan dengan partikel penguapan air dari permukaan tanaman, terutama dari bukaan permukaan, atau stomates, pada daun. Stomata untuk sebagian besar kehilangan air oleh tanaman, tetapi beberapa penguapan langsung juga terjadi melalui permukaan sel-sel epidermis daun. Transpirasi dalam tanaman atau terlepasnya air melalui stomata dapat melalui kutikula walaupun hanya 5-10% dari jumlah air yang ditranspirasikan di daerah beriklim sedang. Air sebagian besar menguap melalui stomata,sehingga jumlah dan bentuk stomata sangat mempengaruhi laju transpirasi.
Tingkat transpirasi secara langsung berkaitan dengan partikel penguapan air dari permukaan tanaman, terutama dari bukaan permukaan, atau stomates, pada daun. Stomata untuk sebagian besar kehilangan air oleh tanaman, tetapi beberapa penguapan langsung juga terjadi melalui permukaan sel-sel epidermis daun. Transpirasi dalam tanaman atau terlepasnya air melalui stomata dapat melalui kutikula walaupun hanya 5-10% dari jumlah air yang ditranspirasikan di daerah beriklim sedang. Air sebagian besar menguap melalui stomata,sehingga jumlah dan bentuk stomata sangat mempengaruhi laju transpirasi.
Hanya 1-2% dari seluruh air yang ada
dalam tubuh tumbuhan digunakan dalam
fotosintesis atau dalam kegiatan metabolic sel-sel daunnya. Sisanya menguap
dari daun dalam proses transpirasi. Bila stomata terbuka, uap air ke luar dari
daun. Jika daun itu harus terus berfungsi dengan baik maka air segar harus
disediakan kepada daun untuk menggantikan yang hilang pada waktu transpirasi.
Proses transpirasi akan menyebabkan potensial air lebih
rendah dibandingkan batang ataupun akar. Akibatnya, daun seolah-olah menghisap
air dari akar.
Untuk menguapkan air, tumbuhan butuh
energy baru atau berubah energy menjadi panas. Dengan demikian, transpirasi
menimbulkan pengaruh pendinginan pada daun. Kebutuhan panas untuk menguapkan
air berasal dari sinar matahari yang disalurkan melalui cahaya langsung,
radiasi dan konveksi. Air merupakan bagian terbesar dari jaringan tumbuhan,
semua proses tumbuh dan berkembang terjadi karena adanya air.
Ada tiga jenis transpirasi, yaitu :
1) Transpirasi Kutikula.
Adalah evaporasi air yang tejadi secara langsung melalui
kutikula epidermis. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada
sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10%. Oleh
karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melaui stomata.
2) Transpirasi Stomata
Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara
sel-sel tersebut terdapat ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh
dinding-dinding sel mesofil yang jenuh air. Air menguap dari dinding-dinding
basah ini ke ruang-ruang antar sel, dan uap air kemudian berdifusi melalui
stomata dari ruang-ruang antar sel ke athmosfer di luar. Sehingga dalam kondisi
normal evaporasi membuat ruang-ruang itu selali jenuh uap air. Asalkan stomata
terbuka, difusi uap air ke athmosfer pasti terjadi kecuali bila atmosfer itu
sendiri sama-sama lembap.
3) Transpirasi Lentisel
Yaitu pada daerah kulit kayu yang berisi sel-sel. Uap air
yang hilang melalui jaringan ini adalah 0,1%
B.
Pengukuran
Transpirasi
Pengukuran laju transpirasi tidaklah terlalu mudah
dilakukan. Kesulitan utamanya adalah karena semua cara pengukuran traspirasi
mengharuskan penempatan suatu tumbuhan dalam berbagai kondisi yang mempengaruhi
laju transpirasi. Ada empat cara laboratorium untuk menaksir laju transpirasi :
1. Kertas korbal klorida
Pada dasarnya cara ini adalah
pengukuran uap air yang hilang ke udara yang diganti dengan pengukuran uap
airyang hilang ke dalam kertas kobal klorida kering. Kertas ini berwarna biru
cerah dan tetapi menjadi biru pucat dan kemudian berubah menjadi merah jambu
bila menyerap air. Sehelai kecil kertas biru cerah ditempelkan pada permukaan
daun dan ditutup dengan gelas preparat. Demikian juga bagian bawah daun. Waktu
yang diperlukan untuk mengubah warna biru kertas menjadi merah jambu dijadikan
ukuran laju kehilangan air dari bagian daun yang ditutup kertas.
2. Potometer
Alat ini mengukur
pengambilan air oleh sebuah potongan pucuk, denga asumsi bahwa bila air
tersedia dengan bebas untuk tumbuhan, jumlah air yang diambil sama dengan
jumlah air yang dikeluarkan oleh transpirasi.
3. Pengumpulan uap air yang
ditranspirasi
Cara ini mengharuskan
tumbuahn atau bagian tumbuhan dikurung dalam sebuah bejana tembus cahaya
sehingga uap air yang ditranspirasikan dapat dipisahkan.
4. Penimbangan langsung
Pengukuran transpirasi yang
paling memuaskan diperoleh dari tumbuhan yang tumbuh dalam pot yang telah
diatur sedemikan rupa sehingga evaporasi dari pot dan permukaan tanah dapat
dicegah. Kehilangan air dari tumbuhan ini dapat ditaksir untukjangka waktu
tertentu dengan penimbangan langsung.
C. Faktor
yang mempengaruhi transpirasi
Faktor dalam adalah:
1. Penutupan
stomata : Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula
secara relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi
apabila stomata tertutup. Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula
kehilangan air tetapi peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk
mesing-mesing satuan penambahan lebar stomata Faktor utama yang mempengaruhi
pembukaan dan penutupan stomata dalam kondisi lapangan ialah tingkat cahaya dan
kelembapan.
2. Jumlah
dan ukuran stomata : Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi oleh genotipe dan
lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi total
daripada pembukaan dan penutupan stomata.
3. Jumlah
daun : Makin luas daerah permukaan daun, makin besar transpirasi.
4. Penggulungan atau pelipatan daun : Banyak
tanaman mempunyai mekanisme dalam daun yang menguntungkan pengurangan
transpirasi apabila persediaan air terbatas.
5. Kedalaman
dan proliferasi akar : Ketersedian dan pengambilan kelembapan tanah oleh
tanaman budidaya sangat tergantung pada kedalaman dan proliferasi akar.
Perakaran yang lebih dalam meningkatkan ketersediaan air, dari proliferasi akar
(akar per satuan volume tanah ) meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan volume
tanah sebelum terjadi pelayuan permanen.
Faktor
luar adalah :
1. Sinar matahari
Seperti yang telah dibicarakan didepan, maka sinar
menyebabkan membukanya stoma dan gelap menyebabkan tertutupnya stoma, jadi
banyak sinar berarti juga mempergiat transpirasi. Karena sinar itu juga
mengandung panas (terutama sinar infra-merah), maka banyak sinar berarti juga
menambah panas, dengan demikian menaikkan tempratur. Kenaikan tempratur sampai
pada suatu batas yang tertentu menyebabkan melebarnya stoma dan dengan demikian
memperbesar transpirasi .
2. Temperatur
Merupakan faktor lingkungan yang terpenting yang
mempengaruhi transpirasi daun yang ada dalam keadaan turgor. Suhu daun di dalam
naungan kurang lebih sama dengan suhu udara, tetapi daun yang kena sinar
matahari mempunyai suhu 10o -20o F lebih tinggi daripada suhu udara. Pengaruh
tempratur terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau dari sudut lain, yaitu
didalam hubungannya dengan tekanan uap air di dalam daun dan tekanan uap air di
luar daun. Kenaikan tempratur menambah tekanan uap di dalam daun. Kenaikan
tempratur itu sudah barang tentu juga menambah tekanan uap di luar daun, akan
tetapi berhubung udara di luar daun itu tidak di dalam ruang yang terbatas,
maka tekanan uap tiada akan setinggi tekanan uap yang terkurung didalam daun.
Akibat dari pada perbedaan tekanan ini, maka uap air akan mudah berdifusi dari
dalam daun ke udara bebas
3. Kebasahan udara (Kelembaban udara)
Pada hari cerah udara tidak banyak mengandung uap air. Di
dalam keadaan yang demikian itu, tekanan uap di dalam daun jauh lebih lebih
tinggi dari pada tekanan uap di luar daun, atau dengan kata lain, ruang di
dalam daun itu lebih kenyang akan uap air daripada udara di luar daun, jadi
molekul-molekul air berdifusi dari konsentrasi tinggi (di dalam daun) ke
konsentrasi yang rendah (di luar daun. Kesimpulannya ialah, udara yang basah
menghambat transpirasi, sedang udara kering melancarkan transpirasi. Pada
kondisi alamiah, udara selalu mengandung uap air, biasanya dengan konsentrasi
antara 1 sampai 3 persen. Sebagian dari molekul air tersebut bergerak ke dalam
daun melalui stomata dengan proses kebalika transpirasi. Laju gerak masuknya
molekul uap air tersebut berbanding dengan konsentrasi uap air udara, yaitu
kelembaban. Gerakan uap air dari udara ke dalam daun akan menurunkan laju neto
dari air yang hilang. Dengan demikian, seandainya faktor lain itu sama,
transpirasi akan menurun dengan meningkatnya kelembaban udara
4. Angin
Pada umumnya angin yang sedang, menambah kegiatan
transpirasi. Karena angin membawa pindah uap air yang bertimbun-timbun dekat
stoma. Dengan demikian, maka uap yang masih ada di dalam daun kemudian mendapat
kesempatan untuk difusi ke luar . Angin mempunyai pengaruh ganda yang
cenderung saling bertentangan terhadap laju transpirasi. Secara singkat dapat
disimpulkan bahwa angin cenderung untuk meningkatkan laju transpirasi, baik di
dalam naungan atau cahaya, melalui penyapuan uap air. Akan tetapi, di bawah
sinar matahari, pengaruh angin terhadap penurunan suhu daun, dengan demikian terhadap
penurunan laju transpirasi, cenderung lebih penting daripada pengaruhnya
terhadap penyingkiran uap air.
Dalam udara yang sangat tenang suatu lapisan tipis udara
jenuh terbentuk di sekitar permukaan daun yang lebih aktif bertranspirasi. Jika
udara secara keseluruhan tidak jenuh, maka akan terdapat gradasi konsentrasi
uap air dari lapisan udara jenuh tersebut ke udara yang semakin jauh semakin
tidak jenuh. Dalam kondisi seperti itu transpirasi terhenti karena lapisan
udara jenuh bertindak sebagai penghambat difusi uap air ke udara di sekitar
permukaan daun. Oleh karena itu, dalam udara yang tenang terdapat dua tahanan
yang harus ditanggulangi uap air untuk berdifusi dari ruang-ruang antar sel ke
udara luar. Yang pertama adalah tahanan yang harus dilalui pada lubang-lubang
stomata, dan yang kedua adalah tahanan yang ada dalam lapisan udara jenuh yang
berdampingan dengan permukaan daun. Oleh karena itu dalam udara yang bergerak,
besarnya lubang stomata mempunyai pengaruh lebih besar terhadap transpirasi daripada
dalam udara tenang. Namun, pengaruh angin sebenarnya lebih kompleks daripada
uraian tadi karena kecendrungannya untuk meningkatkan laju transpirasi sampai
tahap tertentu dikacaukan oleh kecendrungan untuk mendinginkan daun-daun
sehingga mengurangi laju transpirasi. Tetapi efek angin secara keseluruhan
adalah selalu meningkatkan transpirasi
5. Keadaan air dalam tanah
Air di dalam tanah ialah satu-satunya suber yang pokok, dari
mana akar-akar tanaman mendapatkan air yang dibutuhkannya. Absorpsi air lewat
bagian-bagian lain yang ada di atas tanah seperti batang dan daun juga ada,
akan tetapi pemasukan air lewat bagian-bagian itu tiada seberapa kalau
dibanding dengan penyerapan air melalui akar.
Tersedianya air dalam tanah adalah faktor lingkungan lain
yang mempengaruhi laju transpirasi. Bila kondisi air tanah sedemikian sehingga
penyediaan air ke sel-sel mesofil terhambat, penurunan laju transpirasi akan
segera tampak
Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah
dan laju absorbsi air dari akar. Pada siang hari, biasanya air ditranspirasikan
dengan laju yang lebih cepat daripada penyerapannya dari tanah. Hal tersebut
menimbulkan defisit air dalam daun. Pada malam hari akan terjadi kondisi yang
sebaliknya, karena suhu udara dan suhu daun lebih rendah. Jika kandungan air
tanah menurun, sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah
ke dalam akar menjadi lebih lambat.
D.
Mekanisme
transpirasi
Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel sel
mesofil ke rongga antar sel yang ada dalam daun. Dalam hal ini rongga antar sel
jaringan bunga karang merupakan rongga yang besar, sehingga dapat menampung uap
air dalam jumlah banyak. Penguapan air ke rongga antar sel akan terus
berlangsung selama rongga antar sel belum jenuh dengan uap air.
Sel-sel yang menguapkan airnya kerongga antar sel, tentu akan mengalami kekurangan air sehingga potensial airnya menurun. Kekurangan ini akan diisi oleh air yang berasal dari xilem tulang daun, yang selanjutnya tulang daun akan menerima air dari batang dan batang menerima dari akar dan seterusnya. Uap air yang terkumpul dalam ronga antara sel akan tetap berada dalam rongga antar sel tersebut, selama stomata pada epidermis daun tidak membuka. Aapabila stomata membuka, maka akan ada penghubung antara rongga antar sel dengan atmosfer kalau tekanan uap air di atmosfer lebih rendah dari rongga antar sel maka uap air dari rongga antar sel akan keluar ke atmosfer dan prosesnya disebut transpirasi. Jadi syarat utama untuk berlangsungnya transpirasi adalah adanya penguapan air didalam daun dan terbukanya stomata.
Sel-sel yang menguapkan airnya kerongga antar sel, tentu akan mengalami kekurangan air sehingga potensial airnya menurun. Kekurangan ini akan diisi oleh air yang berasal dari xilem tulang daun, yang selanjutnya tulang daun akan menerima air dari batang dan batang menerima dari akar dan seterusnya. Uap air yang terkumpul dalam ronga antara sel akan tetap berada dalam rongga antar sel tersebut, selama stomata pada epidermis daun tidak membuka. Aapabila stomata membuka, maka akan ada penghubung antara rongga antar sel dengan atmosfer kalau tekanan uap air di atmosfer lebih rendah dari rongga antar sel maka uap air dari rongga antar sel akan keluar ke atmosfer dan prosesnya disebut transpirasi. Jadi syarat utama untuk berlangsungnya transpirasi adalah adanya penguapan air didalam daun dan terbukanya stomata.
E.
Kegunaan dan kerugian transpirasi
1. Kegunaan transpirasi
Pada tanaman, transpirasi itu pada hakekatnya suatu penguapan air yang
baru yang membawa garam-garam mineral dari dalam tanah. Transpirasi juga
bermanfaat di dalam hubungan penggunaan sinar (panas) matahari. Kenaikan
temperatur yang membahayakan dapat dicegah karena sebagia dari sinar matahari
yang memancar itu digunakan untuk penguapan air. Mempercepat laju pengangkutan unsur hara melalui pembulih
xilem, membuang kelebihan air, menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap
pada kondisi optimal, mengatur bukaan stomata, dan sebagai salah satu cara
untuk menjaga stabilitas suhu daun. pengangkutan unsur hara tetap dapat
berlangsung jika transpirasi tidak terjadi. Akan tetapi, laju pengangkutan
terbukti akan berlangsung lebih cepat jika transpirasi berlangsung secara
optimum. Transpirasi jelas merupakan suatu proses pendinginan, pada siang hari
radiasi matahari yang diserap daun akan meningkatkan suhu daun. Jika
transpirasi berlangsung maka peningkatan suhu daun ini dapat dihindari.
2. Kerugian
transpirasi
Transpirasi
dapat membahayakan tanaman jika lengas tanah
terbatas, penyerapanair tidak mampu mengimbangi laju
transpirasi, tanaman layu, layu permanent, mati, hasil tanaman
menurun. Sering terjadi di daerah kering, perlu irigasi.
F. Evaporasi
Evaporasi
merupakan proses fisis perubahan cairan menjadi uap, hal ini terjadi apabila
air cair berhubungan dengan atmosfer yang tidak jenuh, baik secara internal
pada daun (transpirasi) maupun secara eksternal pada permukaan-permukaan yang
basah. Suatu tajuk hutan yang lebat menaungi permukaan di bawahnya dari
pengaruh radiasi matahari dan angin yang secara drastis akan mengurangi
evaporasi pada tingkat yang lebih rendah. Transpirasi pada dasarnya merupakan
salah satu proses evaporasi yang dikendalikan oleh proses fotosintesis pada
permukaan daun.
Perbedaan transpirasi dan evaporasi
yaitu :
Transpirasi
|
Evaporasi
|
1.
Proses
fisiologis yang termodifikasi
2. Diatur bukaan stomata
3. Diatur beberapa macam tekanan
4. Terjadi di jaringan hidup
5. Permukaan sel basah
|
1. Proses fisiologis murni
2. Tidak diatur bukaan stomata
3. Tidak diatur oleh tekanan
4. Tidak terbatas pada jaringan hidup
5.
Permukaan
yang menjalankannya menjadi kering.
|
G. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi
adalah kombinasi proses kehilangan air dari suatu lahan bertanaman melalui
evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah proses dimana air diubah menjadi
uap air (vaporasi, vaporization) dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan
dari permukaan bidang penguapan ke atmosfer (vapor removal). Evaporasi terjadi
pada berbagai jenis permukaan seperti danau, sungai lahan pertanian, tanah,
maupun dari vegetasi yang basah. Transpirasi adalah vaporisasi di dalam
jaringan tanaman dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari permukaan
tanaman ke atmosfer (vapor removal). Pada transpirasi, vaporisasi terjadi
terutama di ruang antar sel daun dan selanjutnya melalui stomata uap air akan
lepas ke atmosfer. Hampir semua air yang diambil tanaman dari media tanam
(tanah) akan ditranspirasikan, dan hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan
tanaman.
H. Gutasi
Gutasi
adalah proses pelepasan air
dalam bentuk cair dari jaringan
daun
. Istilah gutasi pertama kali dipakai oleh Burgerstein.
Gutasi terjadi saat kondisi tanah sesuai sehingga penyerapan air tinggi namun
laju penguapan/ transpirasi rendah maupun ketika
penguapan air sulit terjadi karena tingginya kelembaban udara.
Proses gutasi terjadi pada struktur daun mirip stomata
yang bernama hidatoda.
Gutasi dapat diamati dengan munculnya tetes-tetes air di tepi daun yang
tersusun teratur. Tingkat terjadinya gutasi sangat rendah
dibandingkan dengan transpirasi. Gutasi juga lebih jarang diobservasi daripada
transpirasi. Titik-titik air di tepi daun yang terjadi akibat gutasi di pagi
hari sering disalahartikan sebagai embun.
Beberapa
perbedaan utama gutasi dan transpirasi adalah:
Faktor Pembeda
|
Gutasi
|
Transpirasi
|
Bentuk
air yang dilepaskan
|
Pelepasan air dari jaringan tumbuhan
dalam bentuk titik-titik air (cair)
|
Pelepasan
air dari jaringan tumbuhan dalam bentuk uap air
|
Kualitas
air yang dilepaskan
|
Air mengandung senyawa-senyawa
terlarut dan garam mineral
|
Air murni
|
Mekanisme
|
Air dilepaskan melalui struktur
hidatoda menuju ujung pembuluh daun
|
Air
dilepaskan melalui stomata, kutikula, dan/atau lentisel
|
Regulasi
aktivitas
|
Pembukaan
hidatoda tidak dapat diregulasi
|
Transpirasi
melalui stomata diatur oleh sel penjaga
|
Waktu
terjadi
|
Pada
malam atau pagi hari
|
Pada saat ada
sinar matahari (melalui stomata) dan sepanjang hari (melalui kutikula atau
lentisel)
|
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
:
1.
Transpirasi
dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan
tumbuhan melalui stomata.
2.
Transpirasi
dimulai dengan penguapan air oleh sel sel mesofil ke rongga antar sel yang ada
dalam daun.
3.
Ada
empat cara laboratorium untuk menaksir laju transpirasi :
a)
Kertas korbal klorida
b)
Potometer
c)
Pengumpulan uap air yang ditranspirasi
d)
Penimbangan langsung
4.
Keuntungan
dan kerugian transpirasi tumbuhan:
a.
Keuntungan
1.
Pengangkutan air ke daun dan difusi air
antar sel.
2.
Penyerapan dan pengangkutan air, hara .
3.
Menjaga
turgiditas sel tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal.
4.
Pengaturan bukaan stomata.
5.
Mempertahankan suhu daun.
b.
Kerugian
1.
Transpirasi dapat membahayakan tanaman
jika lengas tanah terbatas, penyerapan air tidak mampu mengimbangi laju
transpirasi, tanaman layu, layu permanent, mati, hasil tanaman menurun.
2.
Sering terjadi di daerah kering, perlu
irigasi, meningkatkan lengas tanah.
B. SARAN
Diharapkan bagi para pembaca agar
mencari referensi lain untuk melengkapi isi makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Lakitan,
B. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan,
PT Raja Grafindo Persada; Jakarta
Salisbury,
F. B dan Ross, C. W,. 1995. Fisiologi
Tumbuhan Jilid 1, Penerbit ITB; Bandung
0 komentar:
Posting Komentar